Menyimak Sejarah Tak Hanya Lewat Sirah Ulasan Karya Sinta Yudisia



Judul : The Road to The Empire
Penulis : Sinta Yudisia

Penyunting : Taufan E. Prast
Tebal : x + 584 hlm; 13 x 20,5cm

Terbit : Cetakan 1, Desember 2008

Kategori : Roman Sejarah
Harga : Rp. 63.000,-

ISBN : 979-1367-59-0

Penerbit : Lingkar Pena Publishing House

Sudah seberapa banyak buku sejarah yang kita baca? Banyak yang mengatakan bahwa sejarah hanya akan membuat kita gerah, dan lelah membacanya. Penampilan sangat menentukan semuanya. Novel ini mungkin harus dibaca, jika kita sudah mulai bosan dan enggan membaca buku sejarah tebal. Buah karya Shinta Yudisia, menampilkan sejarah dengan alur yang menawan, dengan runtun menuntun. Sejarah Mongol dengan perjuangan putra mahkota Takudar, menjadi latar belakang dari novel ketiga dari trilogi Sinta Yudisia. Membuat yang tidak pernah menjamah tanah Mongol, akan tergambar sejarah silam dengan gamplang.

Dua novel sebelumnya “Janji” dan “The Lost Prince”, yang juga berlatar belakang Mongol. Dua trilogi sebelumnya menceritakan perjuangan Takudar dan ketegaran punggawa Kerajaan Mongol. Ingatan kita akan kembali segar dengan hadirnya buku ketiga ini. Alur cerita akan kembali tebayang.

Kisah cerita dimulai dengan menceritakan keberadaan ketiga anak Tuqluq Timur Khan. Takudar, Arghun, dan Buzun. Timur Khan yang merupakan keturunan Sang Kaisar Besar Jenghiz Khan. Timur Khan mengampu tampu kekuasaan Mongol. Dalam rentetan epik Shinta, Timur Khan melakukan perjalanan pemburuan. Di tengah perjalanan rombongan Kaisar bertemu dengan kawanan pecinta perjalanan yang saat itu dipimpin Syaikh Jamaluddin. Kejengkelan Timur Khan dengan penuh amarah, bermaksud memenggal pengganggu mereka. Benarkah akan dipenggal?

Yang benar akan selalu bersinar. Pesona islam dalam diri Jamaluddin mencuri hati Timur Khan. Dalam janji seorang Kaisar Timur Khan, akan memeluk Islam setelah mampu menyatukan Mongol. Seandainya maut sudah menjemput, biarlah anak dari keduanya yang akan menyaksikan dan menjadi bukti akan janji tersebut digenapi. Rasyiduddin, putra Jamaluddin, dan Takudar, putra Timur Khan. Benar saja, kematian telah memaksa kedua anak manusia, tersebut mengenapi janji kedua ayah mereka.

Di dalam istana, Arghun Khan mengambil alih mahkota kekaisaran Takudar. Mahkota yang seharusnya menjadi pakaian dari Takudar sang putra Mahkota. Keluar dari hiruk pikuk kekuasaan Takudar memilih pergi dari kerajaan Ulan Bataar. Kekaisaran Arghun Khan, sangatlah keji dan penuh ambisi. Ambisi untuk melanjutkan masa emas leluhurnya, Jenghiz Khan. Misi besar Arghun adalah melebarkan sayap Mongol hingga Jerusalem. Sedang saudara muda Buzun menjadi abdi negara, kepala perbendaharaan negara. Dengan tetap tidak henti, berusaha mencari saudaranya Takudar.

Dalam perjalanan pergi dari kerajaan, Takudar bersua dengan Ying Chin, gadis Mongol yang kelak dikenal dengan Almamuchi dan Uchatadara. Perjalanan Takudar berhenti di Madrasah Baabussalaam, saat bertemu dengan Rasyiduddin (Salim), putra Syaikh Jamaluddin. Yang akan menjadi separuh hati dalam perjuangan melunaskan janji ayahnya. Kenangan masa lalu sudah ingin Takudar delete dalam memori otak. Sayang seribu sayang, ia berada dalam segerombol macan yang haus akan keadilan. Sedikit bara dalam semangat Takudar, disulut oleh orang-orang sekelilingnya, para syaikh, gubernur islam, dan para guru. Darah juang merembut tahta Mongol. Keseriusan Takudar belajar siasat perang, dan mencoba belajar sejarah akan Mongol dari Kitab Rahasia Sejarah, yang selama ini disembunyikan dari umum.

Dalam istana intrik politik mulai mengusik. Selir Timur Khan, berkeinginan untuk menjadikan anaknya Bayduna sebagai istri Arghun Khan. Walau ia masih sedarah dengan Arghun Khan. Sedang putranya Uljaytu masuk sebagai tentara kerajaan, dengan harapan jadi perwira tinggi, yang disegani.

Dengus-dengus kebencian dibisikan ke telinga Arghun Khan. Keputusan telah diambil. Pena telah diangkat. Penyerangan Jerusalem di hadapan. Tentara penyerangan Jerusalem telah meninggalkan kekaisaran Ulan Baatar. Penaklukan dan penyerangan tak dapat dielakan. Kabar besar ini, membuat gusar warga muslim. Betapa tidak bengis Arghun Khan, membuat ia tak segan mengocar-acirkan rona damai. Hanya sekedar memperteguhkan kebesaran dan kekuatan Arghun Khan. Infasi membuahkan luka hati, bagi masyarakat muslim.

Tanah cekung Turpan, tanah yang berebntuk piring menjadi saksai mati akan saudara yang berselisih visi. Keras nan gusar pribadi Arghun Khan, bertatap muka dengan Takudar. Ingatan akan sejarah Jenghiz Khan yang terpukul kalah oleh pasukan Jaladdin di tanah cekung Balwan. Tanpa harus digambarkan, ending cerita sudah menari dalam banyangan.

Cerita heorisme seorang Takudar yang oleh Sinta digambarkan dengan penuh kedewasaan dan kebijaksanaan. Perjuangan dengan penuh perhitungan, dan lambat laun penuh keyakinan akan menuai sebuah kemenangan gemilang. Romantisme cinta menjadi bumbu tersendiri. Kisah cinta antara Takudar dan Yachin, yang malu-malu tersipu. Kisah cinta Urghana dan Buzun, yang dikekang oleh kuasa Arghun Khan. Dibalik panas suasana perang, melodi cinta tetap saja mengalun indah. Menambah bunga cita dalam hati pembaca.

Kepintaran Shinta, dara kelahiran tahun 74 ini perlu diacungi jempol. Piawai membuat kolosal sejarah menjadi cerita epik nan apik. Cerita “Takudar” terakhir ini, membuat ending yang menarik. Sebuah pergulatan akan kebingisan dan kebijakan menuntut keadilan. True way alam dimainkan dengan menawan oleh Sinta, sang kreator. Penulis yang memang sudah handal dalam mengolahretorika, menjadi bacaan bergizi dan berisi.

Bukan resensi kalau tidak objektif. Kecermatan editor harus kembali ditingkatkan. Masih ditemukan beberapa kata yang salah dalam peleburan “merubah” merubah” yang seharusnya “mengubah”. Dalam novel ini, sering disebutkan nama-nama tempat yang mungkin belum popular. Dan sayang seribu sayang, mungkin lupa atau bagaimana peta sebagai gambaran tidak terpampang. Gambaran kabur dari pembaca akan lokasi Gurun Gobi, cekung Turpan, dan letak kekaisaran itu sendiri. Disamping itu pula ada satu pertanyaan fundamental yang belum terjawab. Siapa yang sebenarnya membunuh Timur Khan? Siapa sebenarnya yang menjadi dalang dari semua ini? Pembaca akan kembali bingung akan dilemma di awal cerita ini.

Terlepas dari semua itu, novel ini perlu direkomendasikan untuk dibaca dan disimak. Keluwesan Sinta membuat cerita sejarah menjadi renyah, dengan bumbu intrik politik, dilema cinta antar tokoh yang menjadi warna. Keindahan membuat serita kolosal lebih hidup dan tak hanya khayal. Selamat menikmati, dan berkolosal dalam cerita ini. [teguh]

Adikku sayang….

Adikku sayang….

Kenapa engkau mengangis di tengah terik siang?

Apa Ibu belum pulang?

Tenanglah adikku sayang

Sini kuhapus air matamu dengan kain abang

Sudah jangan menangis adikku sayang

Abang tadi beli bakwan dengan saus kacang

Kakak beli sewaktu pulang

Di jalan seberang

Pasti adik senang

Sini Adik makan bareng abang

Sudah jangan menagis lagi Adikku sayang

Ibu akan lekas pulang

Membawa kue manis keranjang

Apalagi ditambah kue kacang

Uuuh…, pasti kita kenyang

Adikku sayang….

Abang akan tetap sayang

Duduklah di sini, di samping abang

Abang akan mendekap dan memeluk sayang

Kenanglah Adikku sayang

Rembulan itu akan tersenyum riang

Meski surya telah terbenam

Relalah Masuk Pesantren (Part 1)

Pagi cerah, semua orang akan semakin bergairah menatap aktivitas keseharian dan ibadah. Termasuk Hamid mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun kedua itu. Hamid mahasiswa sastra Jepang, yang perawakannya hitam, memang sih ia tidak terlalu hitam. Namun kebayakan temannya memanggilnya Hamid pitem, pipi item. Betapa tidak mahasiswa asal Bojonegoro itu sudah puluhan tahun hidup dengan panasnya suhu Bojonegoro. Semangatnya begitu lekat terlihat dari langkah dan irama gerak dinamis yang diciptakan dari sepatu kat hitamnya.

Jarak kosnya memang tidak terlalu jauh dari kampus UNY. Hanya berjarak 500 meter. Kosnya bisa dibilang kos yang terjepit antara UNY dan UGM. Kosnya didaerah Kuningan atau lebih tepat di daerah Masjid Muqowwamah, dan penghuninya 50:50 antara mahasiswa UNY dan UGM. Langkahnya santai namun iramanya tegas, lebih tegas dari guratan warna hitam dimotif bajunya hari itu.

“Nasi kuning, Bu.” Pintanya kepada Bu Tumirah, penjual nasi kuning langganan sarapannya.

Ngagem nopo Mas? Telur nopo ayam?[i]”, kebiasaan Bu Tumirah ketika melayani pelanggannya. Teks yang dirasa sudah hapal dan bahkan diluar kepala. Dan sudah dapat ditebak kalau awal bulan pasti milih ayam, namun kalau seperti sekarang tidak sdikit yang hanya minta dengan gorengan atau malah cuma nasi kuning saja. Termasuk hari ini.

Ngagem mendoan, kalih pergedel mawon Bu.[ii]” Jawabnya.

Tangannya yang sudah mulai keriput tak membatasi cekatannya dalam melayani Hamid. Dalam sekejap nasi kuning lezat dan pergedel tersaji mengundang Hamid untuk segera menyantap. Perutnya telah kosong sejak sore kemarin. Maklumlah akhir bulan harus lebih sering menghemat, agar uang gaji ngeles tidak ludes dengan cepat. Selesai melahap, ia pun mengambil uang recehan 2 lembar ribuan, dan seribu lima ratusan uang receh.

Niki Bu nyatrane. Maaf Bu, nyatrane receh.[iii]

Mboten nopo-nopo Mas Hamid. Malah apik iso dienggo susuk. Badhe kuliah Mas?”

Inggih Bu. Doanipun Inggih bu?”

Simbah doake, mugi-mugi sukses. Cepet cekel gawe. Wis kono ndang mangkat

Dari percakapan mereka saja sudah terlihat bahwa Hamid memang orang yang supel, dan pastinya pandai bahasa Jawa. Maklumlah ia putra asli Bojonegoro. Dan sudah hampir 17 tahun hidup di Bojonegoro. Sebelum tahun 2007 pindah ke Jogja untuk menimba ilmu.

Aktvitas kuliah cukuplah padat. Kuliah, mengerjakan tugas, aktivitas di masjid Mujahiddin, dan sorenya ngajar les Bahasa Jepang sebagai part time-nya. Atau lebih sering sebagai sumber uang bulanannya. Sudah hampir tiga bulan ibunya tidak mengirim uang bulanan. Panen gagal yang disebabkan hujan dan bendungan tidak menentu debut airnya. Akibatnya padi yang hampir menguning akhirnya mati, dan panen dini dengan hasil hanya setengah dari hasil panen maksimal. Apabila diusut sampai atas, maka global warming juga menyebabkan Hamid kerja keras di privat Bahasa Jepang. Untungnya ia kuliah atas beasiswa PMDK sejak tahun pertama hingga lulus nanti.

“Hamid, nanti datang syuro kan?”

“Insyaallah Mbak? Bakda Ashar jam setengah empat, di taman rektorat kan Mbak?”

“Iya. Emang dak di-SMS po? Ingat lho amniyah dan amanah”

“Iya Hamid tahu. Kalau amniyah juk ngopo?”

“Dasar arek Bojonegoro!” canda kepada hamid.

Oya akhwat, mahasiswa putri yang diajak bercakap Hamid adalah rekan organisasi di Mujahiddin. Namanya Imeh, aslinya Fatimah Ulfa. Mahasiswa pendidikan Biologi seangkatan sama dengan Hamid. Cerewetnya minta ampun. Jilbabnya sih lebar, dan perawakannya mirip Anna dalam film Ketika Cinta Bertasbih kang Abik. Astaghfirullah. Hati Hamid selalu saja berdendang istighfar, karena sering berdesir ketika bercakap dengannya. Takut terjebak jerat syaithon.

“Andai saja Adikku Alfi seanggun Imeh. Pastilah akan menambah aura cantiknya” bisik Hamid dengan dirinya sendiri. Adik perempuan Hamid Alfiatus Sholihah.

Sholat dhuhur usai, ia pun pergi ke dosen pembimbingnya untuk konsultasi tugas paper tentang budaya jepang yang ditugaskan pekan lalu. Kecintaan Hamid kepada Jepang memang berat. Ya lebih berat dari emas 24 karat. Kalau Hamid berbicara Jepang, maka ia seolah Duta Jepang untuk Indonesia, semuanya ia ketahui. Dari Ikebana hingga nama Yakuza-yakuza di Jepang. Luar biasa. Konsultasinya selesai hingga jam 2 siang. Perutnya mulai melilit karena lapar, namun ia tetap teringat kalau uang di ATM tinggal seratus lebih sedikit dan harus dipakai selama tiga pekan hingga uang ngeles turun. Dan didompet Cuma ada lima ribu tiga ratus rupiah. Maka ia mampir di angkringan depan Student center UNY dan melahap satu bungkus nasi kucing, satu tempe, dan satu sate usus. Minumnya Cuma air putih saja, biar gratis. Total makan siangnya cuma dua ribu tiga ratus rupiah.

Dan ia segera ke Mujahiddin untuk persiapan sholat ashar. Namun tiba-tiba HP monoponiknya bergetar dan ada SMS dari Alfi adiknya.

Aslm.How are you, Mas? Alfi pekn dpn ujian msk SMA1. Ddoakn ya biar lancar&lulus. Biar Alfi mask SMA favort&dpt beaswa kya MsHamid. Mas Hamid lagi ngapain? Alfi ma Ibu lg masak. Hehehe. Wish me luck. We love you, Mas

“Aduh Alfi sms pas pulsa abis. Afwan ya Alfi mas ndak bales. Nanti maghrib aja sekalian ngisi pulsa di Adi.”

Udah hampir satu semester Hamid tidak pulang ke Bojonegoro. Alfi pasti sudah asyik dengan mas pubernya. Khawatir memang akan masa remaja Alfi. Remaja putrid di jogja memang sangat berbeda dengan remaja putri di daerah asalnya. Memang sih, Alfi belum bisa seperti Imeh temannya. Jilbab Alfi masih kecil, namun usaha dari Hamid tak kecil. Ketika pulang Hamid akan genjar mengajak untuk belajar bersama. Maklumlah jiwa aktivis dakwah selalu saja membara, ketika ada hal yang aneh. Inginnya Hamid agar adiknya masuk pesantren Gontor atau Assalam Solo. Biar ada yang benar-benar belajar agama islam.

Adzan ashar membuat kelelahan setiap insane berhamburan ke luar. Khusyuknya sholat menyejukkan hati. Letih, lelah dan turunnya gairah tiba-tiba musnah dan kembali penuh seperti di-charge kembali.

Usai sholat Hamid menyempatkan melanjutkan tilawah alquran, dan ia membaca beberapa lembar alquran. Memanfaatkan waktu sebelum syuro dimulai.

Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Ali imran 42.

Menjadi salah satu ayat yang dibacanya. Langsung ia teringat kepada Alfi adik perempuannya yang baru saja sms sebelum ashar tadi. Keinginannya agar menjadi muslimah yang mampu menyejukkan bagi keluarga dan sekitarnya, dan kelak suaminya. Dalam hati Hamid berdoa agar adiknya menjadi truly muslimah. Memang keinginan ini belumpernah ia utarakan kepada Ibu atau Alfi sendiri. Ia merencanakan untuk pulang liburan semester ini, dan membicarakannya. Bertepatan pula masa penerimaan santri baru di pesantren. Doa dan linangan air mata menjadi penyejuk dan penyubur harapan itu.

Tepat jam empat syuro dimulai. Ramdhan memulai dan memimpin syuro. Dialah mas’ul SKI Mujahiddin. Kini Aldi yang tilawah, dia membaca Al Anfal 10 ayat pertama, gelora semangat memanas di tengah rapat. Yang hadir sore itu Ramdhan, Aldi, Hamid, dan Supri. Dan akwat ada Imeh, Ratih, dan Maria. Dan semua teman di Mujahiddin membicarakan tentang rencana untuk penyambutan mahasiswa baru, kemudian ramadhan dan agenda waktu liburan kita.

Dalam pertengahan syuro yang kadang diselingi dengan debat, tiba-tiba Hp Hamid bergetar bergetar. Dan dilihat nama Alfi disana. Namun ini bukan sms namun telpon. Meminta izin untuk menjawab telpon.

To be continued.....


Mau tahu kelanjutannya? Tunggu Part selanjutnya....

[i] Pakai apa Mas? Telur apa ayam?

[ii] Pakai mendoan sama pergedel saja, Bu?; Mendoan : tempe goreng dengan balutan tepung, dengan campuran potongan seledri

[iii] Ini Bu uangnya. Maaf uangnya receh.

Berpantun Sehari


Headline koran warna tebal
Berita korupsi setiap hari
Dunia ini memang nakal
Tak peduli orang sedang jatuh hati

Membaca Koran makan roti
Minum kopi di teras rumah
Mencari yang kurang dalam hati
Agar cinta tak mudah berubah

Loker Koran bersepeda
Tersenyum riang penuh tawa
Walau kita belum berdua
Biarlah cinta kan kubawa

Sibuk di kantor kerja keras
Penuh tugas apalagi lembur
Cinta Dinda akan berbekas
Menjadi satu dan melebur

Makan siang di restoran
Tempat mewah orang berdasi
Kalau Dinda kini berkenan
Terimalah pinangan diri ini

Makan siang minum kopi
Kopi manis sedikit coklat
Biarlah rembulan jadi saksi
Mas kawin cincin dan alat sholat

Sendiri di meja kerja
Foto keluarga di depan mata
Bagai Ratu dan Raja
Berdiri di pelaminan kita berdua

Sang surya mulai merunduk malu
Penuh hasrat ke pelabuhan
Harian cinta menjadi Satu
Setiap detik, setiap bulan

Koran sore tak lupa dibaca
Kue kering menjadi teman
Cinta dan mesra kini berkaca
Saat Dinda lemas dalam pangkuan

Langit sore berubah mendung
Tak seindah langit lazuardi
Bulir air mata tak terbendung
Katamu “Jagalah cinta ini”

Begitu cepat malam datang
Makan malam belum tersaji
Terasa cepat saat maut datang
Cintaku pupus tak lagi semi

Gelap malam hitam legam
Dingin malam menyapu salju
Cinta insan mudah padam
Saat jiwa dan cinta tak menyatu

Hening malam sepi menyayat
Kantukpun tak kujung datang
Cintaku untuk Dinda telah terbaiat
Walau fajar dunia telah datang

Selimut malam mulai digelar
Dingin malam hingga masuk tulang
Biarlah cinta ini akan mengakar
Walau kini engkau telah pulang

Bersastra lewat nama


Namaku

TErang rembulan di malam
Gemuruh di ujung langit
Ujung jauh yang tergelap
Hujan rintik jatuh terkulai
Andai dia kini di sisi
Flamboyan disamping rumah
Asyik mekar sendiri
Naik turun terangin-angin
DIa kini sendiri walau sepi
(untuk diriku TEGUH AFANDI)


Ibuku

Tunasnya kini telah tumbuh
RImba akar kuat terdalam
WAktu semakin dalam
Hati kecil tak pernah lepas
Yang keras kini terlepas
Untai rinai dalam ibu
NIla hilang berselang sulang
(untuk ibuku TRI WAHYUNI)

Bapakku

Sajak pembajak
Untuk padi yang kini ia tanam
Bangau bersautan penuh kemesraan
Anjungan bayi terus berbunyi
Ngarai hati tak ternilai
Desah walau susah
Iramanya sepanjang masa
(untuk bapakku SUBANDI)

Yang Terkecil Dirumah

Ingusnya kini telah hilang
Manis muka dan mata
Asyik cerita negeri dongeng
Lincah gerak bak anak kancil
Intainya di balik tirai
Nada-nada biola tak tertata
Dengung gaduh di sebelah
Asyik serita negeri dongeng
Wangi remaja kini terasa
Isak tangis tak terkikis
Dongeng kini terlupa
Yang dulu sering diceritaAsyik cerita teen lit semua
(untuk yang terkecil dirumah IMA, LINDA, WIDYA)

Misi Besar Sang Gadjah Mada


Universitas Gadjah mada menjadi salah satu universitas tua dan besar di Indonesia. Umur yang sudah hamper 60 tahun membuat UGM harus tetap menjadi universitas yang mampu mencetak lulusan yang memiliki kompetensi besar. Dimana setiap tahun hampir 30 ribu lebih mahasiswa masuk, yang tersebar dari diploma, S1, S2 dan beberapa program doctor. Dari prestasi banyak mahasiswa UGM yang mampu menunjukkan prestasinya di dunia akademis, maupun kerja ketika sudah lulus. Dari Dosen banyak dosen yang mendapat penghargaan internasional. Di tambah posisi UGM yang berada dalam 500 universitas besar di dunia saat ini.
UGM seperti namanya Gadjah Mada nama mahapatih yang mampu menciptakan mimpi dan mempersatukan nusantara. Di UGM pun dapat kita lihat kaum muda mulai dari ujung Banda hingga ujung tanah Papua, menjadi mahasiswa di Indonesia. Namun ada mimpi besar Gadjah Mada yang kini menjadikan sinergitas dalam gerak UGM, menjadikan UGM yang mendunia dan berkelas internasional. Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Mimpi yang kini tertuang dalam misi UGM adalah menjadi universitas riset bertaraf internasional.

Berawal dari tri Dharma ini UGM mencanangkan sebagai “World class Research University” yang menjadi misi besar UGM ke depan. Karena seandainya kita melihat ke luar negeri, maka setiap universitas besar akan memiliki spesialisasi bidang seperti MIT yang khusus dalam bidang IT, kemudian Harvard University yang expert dalam hokum. Seperti itulah yang terjadi di Luar negeri. Mereka telah menempatkan diri mereka dalam bidang tersendiri sehingga public akan trust seratus persen tentang keahlian universitas tersebut dalam bidangnya. Tantangan kini terjadi di UGM, universitas yang terdiri dari 18 fakultas dengan spesialisasi sendiri-sendiri. Akan sangat sulit bagi UGM apabila ingin mengkhususkan dalam bidang tertentu. Berbeda dengan ITB atau ITS yang khusus dalam bidang teknologi. Namun berbagai treatment diambil oleh UGM. Seperti PPM yang akan menjadi stimulant bagi mahasiswa untuk melakukan penilitian. Di samping itu, program Hi-Link yang berdiri 2006 telah menjalin kerja sama dengan Kyushu University dalam bidang teknologi dan aplikasinya dalm industry. Meski program ini hanya berjalan selama 3 tahun namun diharapkan akan meniimbulkan nafas baru dalam research dalam kalangan dosen dan tenaga pengajar. Di samping program ini masih banyak program maupun beasiswa riset yang ditawarkan, baik dari UGM maupun dari pihak eksternal UGM. Hal ini seharusnya justru membuat para dosen, peniliti dan mahasiswa menjadi termotivasi dan bersemangat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan lewat penilitian.

Paradoks pun muncul kemudian. Penilitian yang dijalankan saat ini sebagian besar menggunakan dana dari kantong sendiri, sedikit sekali pihak universitas mau member sedikit bantuan terutama masalah dana. Karena branding UGM pun akan terbawa ketika hasil penitian tersebut dibuat paaper dan masuk jurnal ilmiah internasional. Akibatnya banyak dosen yang justru melakukan penitian dengan “iming-iming” dana dari pihak luar, perusahaan ataupun pihak yang lain. “Proyek penilitian saat ini masih dalam industry. Dan ini merupakan langkah menuju research university” begitu tutur dari Prof.Dr.Retno S.Sudibyo, M.Sc,.Apt direktur proyek Hi-Link. Sehingga para penliti hanya akan menelti seandainya ada proyek yang ditawarkan oleh perusahaan tertentu. Motif untuk mengmbangkan ilmu pengetahuan pun sudah mulai kabur, karena masalah kalsik. Lagu lama pun diputar kembali. Dengan demikian motif akademik akan bergeser ke motif industri belaka. Akibat beberapa tahun ke depan adalah dunia akademik yang masih jalan di tempat. Sungguh akibat yang mengerikan. Ditambah karena masih dalam tataran industry maka kebanyakan proyek penilitian ynag ditawarkan adalah dari bidang engine ering dan science. Dan penitian dalam masalah social masih kurang tutur Ibu Retno dalam ‘Final Presentation Symposium’ kamis kemarin.

Ironi selanjutnya adalah penghargaan kepada masyarakat yang kurang akan hasl penitian. Masyarakat akan lebih mengahargai kepada para seniman dan olahragawan ketimbang seorang peniti. Hingga para peniliti akan merasa enggan untuk melakukan penitian demi majunya dunia pendidikan. Masyarakat hanya akan menerima barang jadi dari penelitian tersebut, dan enggan dalam melihat betapa keras peneliti itu membuahkan hasil penilitian.
Sedemikian sempurna hasil penelitian, akan tetap sumbing seandainya penelitian tersebut hanya dinikmati oleh para akademisi belaka. Masyarakat tidak dapat menikmati implementasi, inilah mungkin yang menyebabkan masyarakat masih kecil penghargaan kepada peniliti. Yang seperti ini orang hanya akan membuat yang akademis yang menikmati hasil penelitian, sedang masyarakat luas yang notabenenya tidak mampu mencakai tingkat pendidikan tersebut tidak dapat menikmati hasilnya. Mereka yang memiliki intelektual tinggi, akan merasa diuntungkan. Sebaliknya mereka yang berada dalam golongan menengah ke bawah, hanya akan diam terpaku kebingungan dengan hasil tersebut. Apabila hasil-hasil penelitian tersebut tidak segera diimplementasikan dalam sebutan ‘barang jadi’.

Harapannya adalah UGM yang bermisi untuk menjadi World Class Research University dapat segera terwujud, dengan iklim penilitan yang kondusif di UGM maupun di tingkatan internasional oleh para akademisi di UGM. Dan tetap apapun yang kita hasilkan dalam penilitian tersebut harapannya akan tetap dapat dinikmati oleh public dengan segera mengimplementasikannya kepada hal-hal yang bermanfaat bagi public secara umum.
Label: 0 komentar | edit post

Goretan tinta untuk yang berjilbab biru



Telah lama hati dan raga ini tak bersua dalam naungan indahnya cinta yang bermayam dalam hati. Hati seakan dalam kungkungan penjara yang tidak ada terowongan, yang menyorotkan sinar temaram rembulan di tengah bulan. Entah apa yang akan ku gunakan untuk memanggil sang pujaan. Dinda, sayang, atau adek…. Tak kupedulikan apa itu sapaan buat kamu. Tapi berjuta harap dan asa yang ada, tetap akan menjunjung seleyaknya apa yang diungkapkan Khalil Gibran dalam syair dan puisi cintanya.

Sebagian hati yang ada di seberang raga, penyempurna agama yang masih terbang di atas kubah cinta sang pujaan, tak pernah terbesit dalam relung hati keelokan dari wajah dan paras simpulmu. Tak satupun perkataanku menyangkut dimana engkau saat ini, sedang apa kah engkau di waktu ku terlelah depan kesibukan dunia. Tak pernah masuk dalam tulisan rencana dan langkah hidupku, namamu ataupun dirimu. Entah engkau berada dalam megahnya rumah, manis dan manja mama papa, atau engkau adalah wanita perkasa yang menjajakan gorengan di pinggir jalan. Pesona indahnya akhlak dan harumnya adab sebagai seorang wanita mungkin itulah yang membuat hati ini terduduk malu dan kaku melihatnya. Membuat hati seakan gugur satu per satu, dan lirih menyenandungkan syair manis sang maestro Khalil Gibran. Pesona itulah yang membuat burung merak yang aduhai manis dan cantiknya, menampakkan kecantikan sayap yang selama ini tesembunyi dalam kelembutan peringainya. Adab itulah yang membuat kisah Laila Majnun menjadi populer dan kekal sepanjang zaman. Semangkuk sup akan tetap menghangatkan tubuh ini, dan hangat dan mesra perilaku akan tetap menghangatkan rasa cinta dalam dada. Tiada yang abadi untuk tetap mendampingi tumbuh serta berbunganya cinta, selain indahnya perangai dan adab bagi pendamping hidup.

Harapan yang mungkin akan selalu disuarakan oleh mereka yang saat ini sedang dalam ranumnya asmara, merahnya cinta. Harapan yang bagi mereka yang paham akan agama, akan dianggap harapan murahan, harapan buaya, dan harapan yang tak akan abadi. Namun apa kuboleh mengingkari, jeritan dan aksi dalam hati? Selama ia tak menggiring ke dalam bentangan permadani hijau yang serta merta membutakan hati nurani. Kutak ingin akan terulang kisah pilu yang sering kudengar dalam berita asusila, memalukan bangsa beradab ini. Atau kisah haru Nabi Yusuf dan Zulaikah yang menggetarkan para malaikat yang ada di langit dan bumi.

Balutan jilbab, jilbab berwarna biru itu yang menambah anggun dan piawai dengan paduan serta keserasian warna. Ya serba indah memang dimata pemujanya. Tak apalah, itulah apa yang dilihat oleh mata dan dirasakan oleh hati. Mungkinkah jilbab itu yang membuat mata tertegun untuk yang pertama? Bisa jadi ya. Tapi apa mungkin jilbab yang indah dapat menarik mata, tanpa ada isi serta materi yang dihijab (red: terlindungi, dibatasi) itu indah dan mengindahkan. Apa yang tercermin dari peringainyalah sebenarnya adalah apa yang ada di dalam isi dada. Ini bukanlah bualan seperti bualan kancil ketika menipu raja laut, buaya. Ini juga bukan janji yang penuh duri, bukan janji caleg, bupati, gubernur, atau presiden saat berada di atas panggung gembira bersama artis ibukota, mengorasi janji dan visi. Ini nyata dan ada. Itulah engkau wahai yang berjlbab biru. Jilbabmu membuat dirimu mudah melekat dalam pelupuk mata. Dan ayunan tangan, dan gelombang dari jilbabmu membuat muka ini merah padam menahan geram. Membuat hati yang rapuh remuk redam dan hancur berkeping – keping.

Terbayang olehku, ketika badan letih menantang ganas dan terjalnya dunia, engkau datang menyuguhkan sesisip senyum simpul manis penuh cinta. Membawakan secangkir cinta, selembar surat dari hati yang indah dipandang lagi didengar. Meneteramkan jiwa nan gundah, menghilangkan letih dan ringkih raga. Membaca manuscript kehidupan yang penuh cinta dari Zat Yang maha mencintai cinta, bersama. Engkau yang telah menjadi halal bagiku. Setiap langkah dan lambaian dalam teduhnya rumah tangga, akan bernilai pahala tak hanya pemuja saja. Cumbu penuh cinta akan menjadi bumbu dalam mengarungi pahala yang tak terbatas bagi dua insan yang bersatu dalam teduhnya pernikahan. Sungguh indah dibayangkan. Nikmat bila angan – angan ini menari – nari dalam lekat dan dekatnya sebuah mahligai keindahan suami istri. Seindah kisah cinta Sang Maestro cinta dunia Muhammad dengan Aisyah. Atau seklasik Romeo and Juliet oleh William Shakespare. Perhatian akan tertuju kepada sepasang insan, yang ada dalam teduhnya cinta.

Mawar akan makin indah kalau dilengkapi dengan duri-duri yang lancip lagi tajam. Begitu juga yang ada di dalam hati ini, pasti ada batu terjal serta gelapnya jalan. Apa yang diungkapkan dalam goresan tinta, tak seindah diksinya. Karena tembok menghijab kita. Tembok yang tiada satu pun dapat merebuhkannya, tembok dari zat yang mahaperkasa dan mahabijak. Ya memang bagi mereka yang belum terikat dalam sucinya pernikahan tidak ada hak untuk bersama, saling manja dalm cinta. Sungguh memang itu tidak boleh. Yang berjilbab biru bak mutiara yang semakin mahal karena kesucian jiwa dan raga yang terjag oleh lebai dan manisnya hijab. Biarkan yang indah itu akn menjadi bumbu bagi manisnya percintaan suami dan istri.

Wahai shinta yang berjilbab biru….

Tabu bagi kita untuk bersama tanpa ada kehalalan. Dalam balutan kasih sayang yang sah dalam agama. Tidak ada hokum yang menghalalkan kita, tidak ada yang berani menjamin kita untuk bersama dalam lirih dan merdunya syair – syair cinta. Mawar merah dalam dada makin berbunga, namun durinya telah membuat logika ini tersadarkan, bahwa engkau belum syah dalam dekapan rindu dan sayang ini. Biarlah kupu – kupu terpesona akan indahnya bunga mawar, dan yang tidak akan menghancurkan keindahan dan keharuman mawar yang sedang merekah. Jilbab biru akan tetap biru, seindah langit lazuardi di siang musim panas bulan juli. Biarkan lagu asmara ini mengiringi gembala itik menggembala itiknya di pagi dan sore hari, menambah semangat si penggembala. Nyanyian enthok dan bebek, menambah semarak hati yang telah berbunga oleh cinta pada si jilbab biru. Teduh dan lembutnya angin rindu ini, membuat mata dan hati kadang meregang bak bajak yang tak sabar segera membelah sawah, memecah kegalauan dalam tanah. Kesderhanaan dalam pertarungan rasa cinta akan menambah kenikmatan kelak kita bersanding bersama dalam mahligai rama shinta. Biarlah cinta yang sederhana ini akan menjadi luar biasa indahnya ketika kita bertemu dalam kehalalan. Biarlah sederhana ini seperti sederhana cinta kayu bakar terhadap api, yang tak sempat untuk bertutur meski ia telah hangus menjadi abu. Atau sesederhana cinta awan kepadaangin yang membuat ia luluh dan mencair menjadi hujan. Sungguh simpel dan sederhana. Sungguh cinta yang penuh pengorbanan tanpa ada rasa ingin mendahului dalam bercinta, biarkan bunga cinta ini tetap ada dalam bingkai yang membatasinya. Dan kelak akan kita petik, saat telah mencapai kulminasi.

Biarkan hati ini merasa penasaran terhadap kecantikan dibalik jilbab mu yang biru itu. Biarlah merah jambunya hati akan menjadi misteri dan rahasia yang hanya aku dan diksi puisi ini yang tahu, hanya mata dan jari yang membersamainya. Biarlah hanya aku dan Penggenggam jiwa yang tahu. Biarlah hati ini menjadi remuk padam saat bersua dengan teduhnya warna biru jilbabmu. Lemahnya hatilah penyebabnya. Cemburu yang menyatu dengan nafsu, itu malu. Kutak mau suci dan murni cinta ternoda oleh kotor dan jijiknya nafsu dua insane dalam cinta. Lelah hati ini akan terobati saat jemari ini menulis surat ini untuk mu. Anggur dan delima asrama telah ranum, dan masak nikmat dipandang mata.

Zat yang maha indah dan mencintai keindahan pasti dengan yakin, akan menentukan apa yang ada di balik ketentuan-NYA. Keadilan dan ketetapan yang pasti itu ada. Tidak ada cinta ynag terlewatkan, tidak ada buah yang ranum yang menghilang dari inang rumah kebunnya. Tidak ada mutiara yang tergeletak di jalan tanpa pemilik. Tunggulah engkau yang semakin manis dan cantik dengan balutan jilbab biru. Tunggu hingga aku dengan kesanggupan menjadi imam bagi mu, dengan kesetiaan untuk menjaga sucinya cinta, dengan bijak dan hangat seorang Arjuna. Meminta dengan syah kepada ayahmu untuk menikahkannya dengan ku. Sungguh berdegup kencang hati ini pastinya. Keringat dingin dan gugupnya kata tak bisa dielakkan. Namun itulah awal dari halalnya hubungan kita. Awal dari bahtera cinta penuh dengan pahal menjadi milik kita berdua, menjadi nahkoda dan awak yang siap membawa bahtera mengelilingi dunia asmara, dan berjelajah ke surga yang penuh dengan mata air abadi seyogyanya mata air itu adalah kehangatan cinta kita berdua. Bahtera penuh dengan keceriaan yang melemaskan syaraf otak yang kian menegang karena sesak dan panasnya dunia ini. Tunggu saja saat itu…. Tunggu aku di ruang tamu, jangan malu – malu engkau sembunyi di balik daun pintu. Jilbab biru mu tak akan menipu mata dan lubuk dada.

Listrik Biar-Pet, bikin Mumet



Apa kita pernah membayangkan rumah gelap tanpa listrik di malam hari? Rumah hanya disinari oleh sinar terang rembulan. Rumah dan ruangan kita, hanya ada lampu teplok, seperti zaman kedua orang tua kita kecil dulu. Teknologi pemanfaatan energy semakin menunjukkan segala kehebatan serta kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan enegi saat ini. Listrik sebagai salah satu energy yang saat ini menjadi vital dan primer dalam pemenuhannya. Dan teknik pembangkitan listrik yang berkembang saat ini, mulai dari teknik yang masih bersifat konvensional hingga canggih luar dalam. Teknik pemanfaatan bendungan sebagai pembangkit tenaga listrik, hingga energi nuklir yang milayaran kilowatt power listrik dihasilkan dalam sekali reaksi fisi satu gram bahan radioaktif. Sitem transmisi serta distribusi yang telah dilengkapi dengan berbagai teori dan hukum para ilmuwan sistem tenaga listrik, membuat listrik akan semakin mudah masuk ke setiap hunian, lorong serta gang sempit di seluruh pelosok Indonesia.

Seperti yang telah ditulis di paragraph sebelumnya, bahwa listrik kini semakin menjadi barang yang primer dan mendasar untuk dipenuhi. Banyak aktivitas manusia yang sangat tergantung akan keberadaan listrik. Kegiatan rumah tangga, industri, sekolah, dan berbagai aktivitas lainnya. Oleh karena itu industri listrik sangat penting keberadaannya dalam penunjangan kebutuhan hal tersebut.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi ujung tombak dalam pemenuhan kebutuhan listrik tersebut. Karena PLN adalah pemasok utama segala kebutuhan electricity power tersebut. Mulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi, hingga konsumsi ke pelanggan, PLN adalah yang bertanggung jawab, disamping swasta. Meski PLN adalah yang memiliki porsi yang paling besar.

PLN secara normal tidak akan kehabisan energy dan berbagai alternative energy yang lain untuk energy awal penggerak turbin pembangkit listrik. Dengan keadaan SDA dan alam Indonesia yang sungguh kaya potensi. Namun apa boleh buat, saat ini Indonesia mengalami krisis listrik yang kian carut marut. Pertumbuhan konsumen dan peniggkatan daya persediaan listrik untuk konsumsi, seolah seperti timbangan miring ynag tidak seimbang. Salah satu sisi menunjukkan angka yang luar biasa dalam peningkatan jumlah penduduk sebagai konsumen listrik, sedang disisi yang lain angka yang seolah tidak berkembang atau justru hanya diam tidak ada peningkatan jarum ukur.

Angka penigkatan pertumbuhan penggunaan listrik di awal 2008 ini sudah tercatat sebesar 6,8%. Sedang angka peningkatan APBN hanaya sebesar 1,9%. Dari angka itu pula angka pasokan BBM untuk pembangkitan adalah sebesar 9,1 juta liter . Sedangkan realisasi ketersediaan BBM untuk PLN adalah sebesar 3,651 juta liter atau senilai dengan 42,24% dari pasokan. Terlepas dari masalah BBM yang juga semrawut, keadaan sepeti ini mengakibatkan angka daya listrik yang dibangkitkan oleh PLN untuk memenuhi kebutuhan listrik terbatas dan tidak maksimal. Dan besarnya daya hasil pembangkitkan PLN total, dari berbagai sumber energy adalah sebesar 29.705 MW , yang terdiri dari Jawa-Bali sebesar 22.303 MW dan luar Jawa-Bali sebesar 7.403 MW. Beban puncak dari Jawa-Bali saja tercatat pernah mencapai 17.000 MW dimana beban puncak ini berada pada selang waktu 17.00-22.00. dengan melihat selisihnya dapat terlihat bahwa cadangan untuk beban puncak adalah sekitar 5.000 MW atau sekitar 20% cadangan power untuk beban puncak. Padahal ideal sebuah Negara apalagi Negara sebesar Indonesia adalah minimal sebesar 30%. Angka yang luar bisa besar untuk ukuran cadangan yang kecil untuk Negara yang besar.

Selain dari pembangkitan yang sedikit bermasalah, ketersediaan daya oleh PLN juga disebabkan karena ketergantungan PLN pada BBM sebagai energy untuk pembangkitan. Tercatat bahwa PLN selalu menggunakan BBM untuk pembangkitan sebesar 34% dari keseluruhan energy, namun dari yang sedikit ini menghabiskan biaya hingga 78% dari biaya total. Hal ini dapat dengan mudah diterka karena harga minyak mentah dipasaran dunia yang kian fluktuatif. Factor kelancaran distribusi bahan bakar minyak yang tidak begitu optimal tersebut kian memperparah kondisi pasokan daya listrik hasil pembangkitan. Ketersediaan BBM yang langka juga menambah rentetan penyebab pasokan daya PLN berkurang. Sebagai alternative yang dilakukan oleh PLN adalah PLN mulai beralih ke batubara sebagai pengganti BBM, untuk mengurangi katergantungan pada BBM. Namun ketika beban puncak PLN tetap saja menggunakan BBM sebagai bahan penggerak turbin. Dengan analisis bahwa ketika turbin itu digerakkan dengan menggunakan BBM hanya akan sedikit BBM yang terbuang sebagai peghilang kelembaman turbin. Sedang apabila dalam penggunaan batubara, akan banyak batubara yang hilang dalam proses penggerakkan turbin untuk menghilangkan kelembaman. Tapi seperti membuang garam di laut, harga batubara yang mahal yaitu sebesar 50 dollar AS per ton bahkan karena krisis listrik di PLTU Cilacap berkembang rumor “Jangan lagi kirim batubara ke Jawa, tetapi kirim listriknya saja. Belum lagi kalau dirunut seberapa banyak pencurian listrik, perkara korupsi dan kongkalikong para pejabat PLN yang sudah mengakar, menambah kelam hitam PLN kita.

Oleh karena itu krisis listrik tak dapat dielakkan kembali. Kelangkaan power listrik yang dihadapkan sekian banyak kebutuhan listik untuk segala segmen. Industri, rumah tangga, pemerintahan, dan pendidikan yang sangat mengalami ketergantungan akan listrik. Bahkan diramalkan bahwa krisis listrik ini hingga pertengahan 2009. Dengan merunut pertumbuhan konsumsi listrik yang naik setiap hingga lebih dari 6%, sedang cadangan energy kian tergerus. Berbagai solusi sudah mencuat ke publik sebagai tawaran akan kelangkaan listrik. Dari mulai insentif dan dis-insentif listrik sebagai media control akan penggunaan listrik. Namun apa boleh buat, semua solusi hanya sebagai wacana semata, dan kurang diindak lanjuti. Dan satu jalan sebagai wahana untuk menghemat energi listrik adalah dengan pemadaman bergilir. Pemadaman bergilir ini sudah membuat masyarakat memegang kepala sendiri-sendiri. Hal ini bervariasi lamanya, bahkan ada daerah yang mengalami pemadaman lebih dari 4 jam, bahkan 12 jam. Hal ini sangat mengganggu aktivitas vital masyarakat. Seperti industri yang terganggu proses produksinya karena energy listrik yang tiba-tiba padam, bahkan hingga hitungan jam. Di jawa saja banyak sekali daya listrik yang dikurangi, karena digunakan untuk pemenuhan di daerah lain. Namun efek selanjutnya adalah banyak aktivitas produksi yang terganjal masalah energy. Penurunan kualitas dan kerugian secara finansiall tidak dapat dipungkiri. Di jawa sentra produksi apa bila dipadamkan beberapa jam saja, maka akan banyak uang yang akan hilang, produsen rugi, pekerja akan kurang dalam penghasilan. Sebagian industry dalam skala yang cukup besar dapat memberi solusi dengan menambah pembangkit listrik sendiri dengan tenaga diesel motor Genset. Dengan fixed cost yang tiba-tiba membengkak. Namun bagi usaha kecil hanya pasrah menanti listrik kembali menyala, untuk kembali memutar dapur produksi mereka. Sebagai contoh kasus pemadaman bergilir yang dikeluhkan pelaku usaha di Banten, terutama pemilik usaha konveksi rumahan di Kelurahan Trondol, Kecamatan Serang. Akibat pemadaman listrik ini, industry konveksi mereka terhenti hingga seharian dan akibatnya adalah uang mereka melayang kurang lebih sebesar Rp 2-Rp 5 Juta. Di Purwakarta, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Purwakarta akan melayangkan keberatan kepada PT PLN atas pemadaman listrik secara bergilir. Kerugian akibat pemadaman itu diperkirakan mencapai lebih dari Rp 2 miliar. Belum lagi masalah pendidikan yang tiba-tiba akan tersendat karena listrik yang tiba-tiba padam. Kegiatan belajar mengajar akan terganggu. Kegiatan praktikum akan tersendat. Sebagai contoh jurusan teknik elektro yang satu pecan lalu padam di tengah kegiatan perkuliahan dan praktikum. Fasilitas public yang terganggu.

PLN sendiri menawarkan solusi untuk mengatasi krisis ini dipandang dari segi pemasokan daya listrik. Proyek 10.000 MW pembangkit listrik. Proyek ini diharapkan dapat menjadi jawaban jitu masalah PLN ini. Proyek pembangunan ini diharapkan dapat memenuhi kelangkaan listrik yang ada sekarang ini. Bahkan Tim Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik optimis 2009 sudah akan selesai 10%, dan 80% 2010, dan ditargetkan 2011 selesai penuh 100%. Segala macam usaha untuk meminimalisir segala kendala seperti tumpang tindih lahan sebagai tempat berbagai perkakas elektronik. Hal ini dimaksudkan agar proyek ini dapat segera teraplikasikan sebagai solusi untuk mengurangi dampak krisis listrik secara berkelanjutan.

Satu pernyataan yang memang dapat merepresentasikan berbagai carut marut PLN, adalah PLN salah urus. Dari kesalahan urus ini banyak sekali pihak yang dirugikan secara material. Sebagai warga yang kritis dan solutif, sudah menjadi hal ynag wajar kalau kita memikirkan keadaan listrik di Indonesia ini. Dengan perilaku hemat dan peduli listrik minimal di rumah. Gunakan Lampu Hemat Energi (LHE) disaat beban puncak PLN yaitu pukul 17.00-22.00. Matikan lampu dan AC ketika keluar ruangan agar listrik tidak terbuang sia-sia. Segera laporka apabila ada kecurangan dalam pemakaian listrik, pencurian listrik. Karena hal tersebut mengurangi hak warga lain dalam penggunaan listrik. Karena listrik dibangkitkan dari energy yang irreversible maka kita wajib untuk berlaku hemat dan optimal dalam pemakaian. Hal ini dapat kita ambil pelajaran bahwa semua hal apabila diurus dengan baik, akan tetap menghasilkan output yang baik pula. PLN yang salah urus ini, harus segera dibenahi agar kesalahurusan ini tidak menjadi kerak yang lengket dan tidak dapat lepas, tidak dapat di tolerin lagi, dan konsumen akan merasa sangat kecewa. Trust pada PLN akan berkurang. Alam telah kian banyak memberikan sumber daya yang dapat dimanfaatkan, namun sebagi insan yang bermoral dan beradab kita harus pula memberikan feed back yang baik pula kepada alam. Krisis listrik ini sudah menjadi bahan renungan kita. Kebutuhan akan listrik kedepan akan semakin meningkat, maka sudah sepatutnya kita mempersiapkan segala kemungkinan untuk mengurangi besarnya krisis listrik.

Label: 0 komentar | edit post

Sahabatku….



Selepas isyak segera ku kembali dari masjid, dan menuju kontrakan. Kontrakan di daerah Kamolan itu memang dihuni oleh mahasiswa yang rata-rata sudah tahun terakhir di IAIN Walisongo. Aku yang juga mahasiswa di jurusan pendidikan agama islam. Memang tak pernah masuk dalam pikiran kalau aku bakalan masuk IAIN, apalagi jurusan pendidikan agama islam. Hal ini mengingat akan tingkah polah sewaktu SMA dulu. dan sekarang sudah hampir wisuda dan siap-siap kembali ke almamater SMA untuk mengabdikan ilmu.

Kalau teringat serasa aku menjadi makhluk yang paling berdosa. Kalau Mulan Jameela mendendangkan lagu Makhluk paling seksi, aku kebalikannya sudah enggak seksi malahan banyak godain cewek atau bahkan akhwat seksi. Memang dulu saya adalah siswa yang urakan di SMA. Suka terlambat masuk, pakaian tidak disetrika rapi, dan yang pasti sering berganti pacar. Kadang aku merasa aneh juga mengapa mereka pada mau dengan ku yang tampang nggak ganteng-ganteng amat. Kantong lebih sering kering, motor ada yang lebih baik lagi. Namun tetap saja kalau aku lagi suka sama cewek tak tembak pasti mau. Astaghfirullah…!

Tahun pertama hingga caturwulan pertama kelas 2, maklum dulu zamanku belum ada KBK ataupun KTSP, masih kurikulum 99. Perilaku masih urakan dan super nakal. Namun tetap minum alkohol, narkoba, dan free sex, adalah musuh bagiku. Cuma sering merokok, keseringan main ke alun-alun, jarang sholat apalagi puasa sunnah. Banyak waktu yang terbuang sia-sia tanpa ada hasil. Nonproduktif banget lah.

Di SMA ku banyak organisasi Pramuka, OSIS, Olimpiade Club, PMR, Paskibra, dan Rohis. Namun tak ada satupun yang mampu menarik hatiku. Biarpun Pak Kusneo selalu saja member nasihat ketika Upacara untuk aktif di organisasi, karena itu penting untuk kehidupan selanjutnya kelak. Peringkat kelas aku memang tidak jelek-jelek amat, aku termasuk duapuluh besar di kelas. Dengan kadar kenakalan, impaslah. Kenakalanku emang udah keterlaluan. Bayangkan ketika usai kelas satu saja aku udah mengantongi dua nama cewek berjilbab yang jadi pacarku. Tiwi dan Ina , cewek manis yang menjadi tambatan hati di awal kelas satu. Kelas dua aku mulai mengenal teman-teman yang aktif diorganisasi. Dan juga aku mengenal teman sekelas namanya Mujib, dia memang anak alim dan rajin sholat. Termasuk sholat dhuha ketika istirahat pertama jam 10.00. Di tengah kelas dualah saya tahu kalau dia adalah ketua Rohis di SMA ku. Dasar aku memang tidak aktif hingga ketua saja dak tahu.

Aku jadi teringat sahabatku yang satu itu. Dialah yang berjuang keras untuk mengubah kepribadianku menjadi seperti sekarang ini. Mash teringat ketika dia berjuang untuk membujukku sholat dhuhur bersama. Mengajak untuk main-main ke mushola, hanya sekedar untuk main saja, begitu dia bilang. Teman-temannya memang banyak mulai dari anak rohis hingga anak paskibra. Dia supel dan mudah sekali mencairkan suasana. Senyumnya manis di tambah lesung pipinya. Tapi kenapa dia tidak punya pacar sepertiku, akalu disandingkan denganku pastilah dia jauh lebih ganteng. Ganteng-ganteng tidak laku, lebih baik aku yang sedeng-sedeng saja namun laku. Itu pikirku awal dulu.

Dia memang sangat sabar. Dia sering main ke kosku dulu. dia bilang cuma untuk main-main saja. Atau sekedar menjalin silaturahmi. Karena begitu sering dan inten akhirnya kita pun asyik untuk mengobrol. Mulai dari mengerjakan PR bersama, hingga makan nasi goreng bareng di Pak Ndut. Ya karena inten mendekati ku dia pun sudah mampu memasukkan nilai-nilai kebaikan islam dalam pikiranku. Karena dialah aku lebih jarang meninggalkan sholat, dan mulai belajar membaca alquran. Oh sahabatku, ku merindukanmu kini.

Ku akui hingga kini, strategi untuk mengubah diriku sangatlah halus. Dalam keersamaan yang inten dia dapat mengubah kebiasaan main gameku, menjadi membaca buku. Meski perubahan itu tidak cepat. Hingga aku menjadi salah seorang pengurus Rohis di akhir kelas dua hingga akhir tahun. Sungguh perubahan yang ekstrim, menurutku saat itu. Bahkan aku pun dijadikan dia sebagai salah satu teman satu kelompok liqo-nya. Sungguh ekstrim.

Di tingkat akhir kelas tiga kedekatan kita sungguh semakin erat. Rizqi dan Teguh, kayak saudara gancet saja. Selalu terlihat bersama itu teman-teman bilang. Berbagi SMS nasihat sering kita lakukan. Namun tetap dialah yang lebih alim dan sholeh. Hafalan alquran dan hadits yang banyak tidak dapat ku kejar begitu cepat. Hingga pernah kita berujar bahwa “Antum adalah teman sejati bagi ane”. Syair SNADA Teman Sejati selalu saja mampu menitihkan air mata ketika ku putar kembali.

Selama ini ku mencari-cari teman sejati

Buat menemani perjuangan suci

Bersyukur kini pada-Mu Ilahi

Teman yang dicari selama ini telah kutemui

Denganya disisi perjungan ini

senang diharungi bertambah murni kasih Ilahi

Kepada-Mu Allah ku panjatkan doa

Agar berkekalan kasih sayang kita

Kepada-Mu teman ku mohom dokongan pengorbanan dan pengetian

Telah ku ungkapkan segala-galanya

Kepadu-Mu Allah ku Mohon restu

Agar kita kekal bersatu

Kepada mu teman

teruskan perjuangan pengorbanan dan kesetiaan

Telah ku ungkapkan segala-galanya

Itulah tandanya kejujuran kita

Sungguh syahdu hati ini ketika mengingat kebersamaan kita dalam perjuangan kecil kita di Rohis. Dirimulah yang mampu membangkitkan gairah untuk segera berbenah, dan memperbaiki diri. Antumlah yang selalu membnagunkan untuk tahajjud di sepertiga malam terakhir. Membantu menghafal juz Amma dan beberapa hadist arba’in. Selalu mengingatkan untuk berangkat liqo dan bakan menjemputnya kalau aku berhalangan. Ketika mengingat masa itu selalu saja air mata penuh haru tak mampu terbendung. Masih teringat olehku janji ketika perpisahan di gedung Bhakti Budaya. “Akh semoga kelak kita dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik. Teruslah berjuang, dan saling menasihati”. Dan akhirnya kita terpisah Rizki kuliah di ITS dan aku kuliah di IAIN Walisongo, dekat dengan rumahku Ungaran.

Namun air mata haru itu kini semakin menjadi. Dua hari lalu aku menghadiri undangan walimah kakak alumni Rohis juga, Mbak Dwinna Kabid Kemuslimahan Rohis angkatan di atasku, menikah dengan ketua OSIS pada waktu itu Mas Arif. Pasangan yang cocok kukira. Mbak Dwinna dengan Jilbab super lebar, kalau dulu aku mengejeknya Mbak Dwinna jilbab sepre. Mas Arief si jenius di SMA ku, yang kini mau ambil S2 di Belanda. Pansangan yang sangat cocok. Memang orang yang baik itu dipersiapkan untuk orang yang baik pula.

Sebelum berangkat ke Ungaran untuk menghadiri walimahan, aku sudah sms-an dengan Rizki. Pikirku pasti ia juga mendapat undangan. Masak ketua Rohis dak mendapat. Mustahil. Benar ia akan datang dari Surabaya. Rizki kini kuliah di ITS, Jurusan Teknik Material. Wah asyik ini. Rizki yang sudah hampir tidak pernah ke Ungaran kembali. Karena keluarga besar pindah ke Surabaya semua. Senang sekali, rasanya sahabat yang lama tak jumpa kini akan hadir di depan mata. Buku “La Tahzan” ku bungkus untuk hadiah ke Rizki. Dan untuk pasangan mempelai ku bungkus batik parang, buku “Kado Pernikahan”. Baju batik kesanyanganku, celana hitam, dan selop hitam ku kenakan, ya biar nggak malu-maluin. Naik sepeda motor Smash Suzuki, ke Ungaran kira-kira 45 menit. Ku kenakan pula jaket Rohis di SMA dulu. be smart and friendly, motto kami waktu itu.

Sebelumnya bahwa Rizki kemungkinan akan sampai di Ungaran jam 09.45-an. Biasa bis Indonesia jarang yang tepat waktu. Ahad nikah sudah berjalan dengan sacral. Benar kalau menikah islami seorang ikhwah tidak perlu mewah, yang penting sah sesuai agama. Bayangkan untuk sekelas mereka, hanya menggunakan baju koko dan baju muslimah panjang dengan warna hijau lumut. Tanpa ad arias pengantin apalagi gaun pengantin yang super mahal.

Tiba-tiba ada taksi Blue Bird khas terminal Tembalang. Pasti itu Rizki tebakku. Karena semua teman-teman seangkatan Rohis sudah pada makan dan member selamat kepada Mbak Dwinna dan Mas Arif. Benar saja itu adalah taksi Rizki. Tampilannya memang agak berbeda, jengkot tipisnya dulu kini habis di pangkas. Kacamata minusnya kini telah berubah lebih baru lagi. Celana jeans hitam terbalut di kakinya. Namun mengapa ia membukakan pintu yang sebelahnya. Ternya dia adalah seorang wanita yang saya kira kenal. Oo dia adalah Nindha. Teman cewekku, yang kini di Kedokteran Unair. Tapi mengapa bersama dengan rizki.

Mereka bergandengan tangan dan begitu dekat. Untuk seukuran seorang ikhwah pasti ini aneh. Kalau sudah menikah kenapa tidak memberi tahu. Sebentar dan Rizki kini sudah di dekat kami semua. Bersalaman dan berangkulan sebagai seorang sahabat yang telah lama menghilang. Dan segera ia naik ke podium untuk member selamat kepada mempelai. Keherananku atas tindak Rizki ini belum juga hilang. Beribu tanda Tanya selalu saja menghantui pikiranku.

Dan kini giliran kita ngobrol. Pertama biasa pertanyaan yang lumrah ditanyakan seorang sahabat, kuliah, rencana setelah kuliah, kondisi keluarga, dan masih banyak. Hingga ke pertanyaan hubungan dengan Nindha. Rizki menjawab dengan tegas bahwa mereka sedang Pacaran, dan sebentar lagi tunangan. Sungguh langsung air mata ini menitih haru. Mengapa begitu cepat perahu berubah haluan? Masih teringat dalam ingatan tentang nasihat untuk tidak berpacaran dan anjuran untuk langsung menikah? Masih ingat tentang nasihat betapa nikmat pacaran setelah menikah. Bahkan buku hadiah miladku Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah masih diatas rak bukuku. Sahabatku kini telah menjadi orang yang asing dan berbeda dengan dulu. kuteruskan ngobrol dengannya, namun kini sudah tidak lagi menyinggung masalah itu. Ketika kusinggung maka ia akan segera membalas, bahawa hidup adalah sekali, makanya jangan diambil susah. Sudah capek dengan dunia masjid yang begitu-begitu saja. Ketika kutanya liqo dia bilang dengan tegas sudah stop. Dengan alasan yang bersifat permukaan.

Kini seusai acara walimahan itu hanya tangis ketika mengingat sahabatku itu. Ya Allah Robb kami Yang Maha membolak-balikkan hati, kuatkan dan tetapakan hati ini di jalan-Mu, taqwa-Mu, dakwah-Mu dan mencintai-Mu. Amiin



Dari berbagai sumber. Disadur dengan polesan sedikit dari cerita Hamdani teman seperjuangan di SMA. Untuk sahabat2ku Rohis Hamdani, Bangkito, Dion, Ferry, Irfan, Danang, Dina, Nia, Siti, Uli. Semoga keteguhan kita di masa SMA akan tetap terjaga hingga senja membersamai kita. Jarak dan waktu telah membuat kita harus berjuang di tempat masing-masing. Semoga antum semua tetap di jalan dakwah.