Barcelona Menang, Tahajjudku Hilang

Selayaknya es krim bahwa dunia itu sebentar, tak terasa es krim itu habis kita jilat. Begitu nikmat untuk dinikmati, sehingga lupa betapa besar nikmat atau bahkan laknat setelah dunia ini usai. Godaan, gangguan, tantangan dan aneka rintangan untuk menyelesaikan dunia dengan happy ending selalu menerpa setiap pribadi dalam keseharian dan kehidupan. Sebagian besar tantangan selalu datang dari luar. Dari lingkungan sekitar kita, dari berbagai disturbances yang mengganggu sistem Central Processing Unit (CPU) iman kita. Jangan salahkan disturbances karena memang itu tugas mereka, namun salahkan mengapa kita tidak memebuat controlling system yang dapat menangkal atau bahkan membalikkannya menjadi power yang super.

Hari rabu, 27 Mei 2009 kemarin dunia televisi sangat heboh dengan final piala Champion. Bagi para pendukung Manchester United dan Barcelona pasti tidak akan rela untuk melewatkan sejarah besar antar kedua tim tahun ini. Keperkasaan MU dan Barca diuji dilapangan hijau. Perjuangan tim setiap tahunnya untuk mendapatkan triple winner menjadi sebuah prestisius yang mesti dikejar. Pertandingan bola seperti biasa selalu menyita waktu kurang lebih 90 puluh menit. Dan belum masuk hitungan waktu istirahat dan injured time yang diberikan oleh wasit.

Kegandrungan akan bola sudah tidak lagi menjadi barang yang khos (red:khusus). Hampir semua remaja, pemuda, dewasa hingga lansia menjadi fans, fans berat atau mungkin lebih tepat fans kebangetan. Setiap pertandingan menjadi agenda wajid fardhu ‘ain untuk ditonton. Tidak luput final kemarin. Berjuta pasang mata meperhatikan dengan seksama, tanpa luput setiap gerak dan sliding dari pemain favorit masing-masing. Termasuk didalamnya agend rutin nobar (nonton bareng), yang biasanya diagendakan di sebuah café atau restoran. Menghabiskan waktu malam bersama-sama nonton pertandingan dengan suasana lebih ramai, berjamaah mungkin. Dengan alasan semakin ramai akan semakin lebih menyenangkan dan sense-nya lebih terasa.

“Kok tumben tidur jam sembilam, Akh?”, pertanyaan ini muncul kepada seorang penghuni asrama atau bisa dikatakan pesantren mahasiswa sebuah kota pelajar di Indonesia. “Biar nanti jam 2 bisa bangun, kan MU nanti main” itu kurang lebih jawaban yang terdengar. Sebuah keanehan ketika menyempatkan untuk tidur awal dan bangun di tengah malam untuk menonton pertandingan bola. Untuk tidur lebih awal dan lebih cepat, memang dianjurkan oleh Rosulullah. Namun untuk tujuan dan muaranya itu yang belum diketahui hadist atau anjuran ulama. Bola memang belum ada zaman itu, namun setidaknya ada perintah yang mengimplisitkan untuk diperbolahkan bertingkah seperti ilustrasi diatas. Untuk memilih menonton hasil pertandingan di berita paginya, Sport 7, One Stop Football, Kabar Arena, dls. Terbuka luas untuk diakses di pagi harinya. Namun tetap saja, sense of belonging dalam menonton langsung lebih kuat tarikannya. Meski sampel yang diberikan namun satu, namun pasti dan dapat dipastikan bahwa diluar mata dan tangan, banyak penghuni asrama mahasiswa, pesantren mahasiswa, atau yang sejenis melakukan yang demikian. Hal ini terlihat dari status di Facebook (situs relationship saat ini) berubah menjadi komentar kemenangan Barca pagi setelahnya.

Menonton bola sudah seperti sholat berjamaah. Mereka berjamaah, khusyuk, tawadhuk, dan menahan nafsu ke kamar mandi. Agar tidak terlewatkan per menit dari pertandingan. Seandainya kita hitung waktu 90 menit, maka itu sudah dapat digunakan untuk membaca alquran satu juz, membaca buku minimal satu chapter. Mengerjakan soal ujian akhir teknik elektro kurang 30 menit lagi. Berjalan kaki pasti sudah mau sampai Solo apabila start dari jogja. Luar biasa efisiensi dari 90 menit apabila untuk hal yang lebih kualitas. Namun pilihan telah dipilih, tinta telah terangkat dari kertas. Pasti sudah kering, dan siap untuk dibaca. Amal telah dilakukan, perhitungan telah dimulai.

“Dan orang-orang yang terjaga di malam hari, tidaklah sama dengan orang yang tertidur sepanjang malam”[i] begitu Salaf Sholeh berkata. Namun terjaga disini adalah berjaga dengan mendendangkan syair cinta kepada Sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla. Air mata yang tercurah pastilah bukan air mata bahagia akan kemenagan Barca atau ledakan gembira piala dunia, namun air mata ketakutan akan siksaan tak berujung kelak. Pertandingan bola telah dijadikan sebagai bunga dari khusyuknya malam. Malam yang berwarna sepi senyap dan penuh melodi ketawadhu’an, berubah menjadi riuh teriakan gold an bahkan ada umpatan kesal dan gembira.

“Dan pada malam hari, hendaklah bertahajjud sebagai ibadah keutamaan bagimu”[ii]. Bagi penggila bola ini adalah sebuah keuntungan besar, di satu sisi dapat nonton langsung pertandingan bola dan sholat tahajjud seharusnya. Sholat tahajjud ataupun sholat malam lainnya menjadi sangat penting bagi seorang muslim. Betapa tidak, karena sholat malam adalah sholat sunnah yang paling utama setelah sholat fardhu. Dan keutamaannya sangatlah besar. Diriwayatkan bahwa Allah akan turun ke bumi dan menyaksikan hamba-hamba Nya yan khusyuk berdoa. Ingat bukan khusyuk dan tawadhuk di depan layar bola.

“Seorang hamba akan menjadi sangat dekat dengan Allah pada larut malam. Oleh karena itu, jika kamu mampu berdzikir kepada Allah pada saat tersebut, lakukanlah”[iii] Betapa besar dan lebih utama bangun malam untuk menjemput kerinduaan atas ridho Allah dibandingkan bangun dan berjamaah menonton bola ditendang ke gawang.

Semua yang disebutkan di atas adalah pilihan untuk dipilih setiap pribadi. Dan di setiap pilihan selalu ada dua variable untuk jadi pertimbangan. Kesenangan atau kebutuhan. Dan yang di kategorikan kebutuhan adalah apa-apa yang kita butuhkan, di dunia dan di akhirat. Dan kesenangan selalu berhubungan dengan kesenangan dunia, yang selalu saja membuat kita terbuai dan lalai untuk memikirkan akhirat. Akhirat yang pasti membuat kita jauh dari tontonan bola yang memikat, soto babat yang lezat, hingga para akhwat.

Sholat malam yang diwaktukan Allah dalam sepertiga malam, waktunya bola mulai. Godaan selalu sepadan dengan kekuatan iman. Angin selalu semakin kencang, apabila kita semakin naik ke puncak menjulang.

Keutamaan yang terkandung dari sholat malam tidaklah dapat dinilai dengan nikmat dunia manapun. Siapa yang mampu menjawab tantangan Allah akan syurga? Apa ada lelang yang mampu menandingi harga syurga? Pahala yang besar siap dihadiahkan kepada insan yang sholat malam dengan sabar, penuh rasa sadar, dan air mata yang berbinar. Sungguh bidadari bermata jeli siap mendampingi kelak di syurga Illahi.

Disamping ukhrowi yang didapat, ada sehat yang menanti kita di ujung sholat. Dengan bangun malam tubuh kita bugar, memiliki imunitas yang tinggi, dan terhindar dari penyakit tua. Terbukti dari orang-orang tua yang terbiasa sholat tarawih, dapat terhindar dari penyakit pada tulang punggung dibandingkan orang tua yang tidak pernah sholat tarawih. Dan kebiasaan untuk bangun mala mini dapat menjadi kebiasaan. Tidur di pertiga malam terakhir adalah tidur yang sudah berlebihan. Dari penelitian tidur pulas hanya terjadi di pertiga pertama, sedang kedua mulai terjadi mimpi, dan mimpi basah muncul pada tidur part two. Di pertiga selanjutnya hanya akan membuang tenaga kita secara berlebihan. Tenaga kita akan habis dan keringat pun muncul. Ya hukum alam memang mengatakan kalau berlebihan, selanjutnya akan ada negative effect.

Menonton bola dan bermain sepak bola tidaklah salah, dan bisa berubah jadi salah. Bila apa? Apabila kita melalaikan yang wajib dan dianjurkan. Termasuk sholat malam yang utama ini. Menonton bola hingga berjam-jam dan lupa untuk berdzikir juga mubazir. Sia-sia kalau waktu utama yang sepertiga malam terakhir hanya kita sempatkan untuk menyalakan televise, dan menonton bola. Kebiasaan para sahabat Muhammad yang dimuliakan, mereka selalu merindukan waktu berjumpa empat mata dengan Allah dipertiga malam terakhir. Senang bermunajat, untuk meminta taubat. Sedang dilain sisi nan jauh dimensi, ada yang kalau tidak berdengkur dalam selimut tebal, atau bangun tengah malam untuk meneriakan GOL kegirangan.

Ya Tuhanku, dosa-dosaku telah membuatku tak berkutik dan perkataanku terputus sehingga aku tak memiliki hujah apapun. Aku tertawan oleh bencana yang menimpaku, tergadai oleh amalku, berkubang dalam dosaku, kebingungan dalam meraih tujuanku. Engkau telah menempatkanku di tempat orang-orang yang celaka, yang lancing kepada-Mu. Dan meremehkan ancaman-Mu.[iv]



[i] “Barang Siapa bersungguh-sungguh, ia akan berhasil. Dan orang yang terjaga di malam hari, tidaklah sama dengan orang yang tertidur sepanjang malam”(Salaf Sholeh)

[ii] Alquran Surat al Isra 79

[iii] HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi

[iv] Munajat Zainal ‘Abidin r.a

Label: edit post
0 Responses

Posting Komentar